PEMBAHASAN
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KURUKULUM DAN HAMBATANNYA
A.
Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
faktor merupakan hal ataupun (keadaan, pristiwa) yang ikut menyebabkan
(mempengaruhi) terjadinya sesuatu[1].
Sedangkan hambatan merupakan halangan, rintangan[2].
Dari defenisi diatas maka pemakalah
dapat menyimpulkan defenisi dari
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum dan hambatannya yaitu
keadaan-keadaan yang menyebabkan terjadinya gesekan-gesekan yang berpengaruh
terhadap proses pengembangan kurikulum.
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kurikulum
Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan kekuatan yang ada dalam
masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.
Sukmadinata
dalam bukunya menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, diantaranya :
1.
Perguruan Tinggi
Kurukulum minimal setidaknya mendapat dua pengaruh
dari perguruan tinggi.
Pertama, dari pengemabangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan di Perguruan Tinggi umum. Kedua, dari pengembangan
ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi keguruan
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Telah diuraikan terdahulu bahwa sanya
pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta
proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi
akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan di kembangkan dalam kurikulum.
Perkembangan teknologiselain menjadi isi kurikilum juga mendukung perkembangan
alat bantu dan media pendidikan.
Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga
mempengaruhi pengembanagn kurukulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik itu
ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru
akan sangat mempenguruhi pengembangan dan implementasi kurikulum sekolah.
Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa
ini, umumnya disiapkan oleh LPTK (IKIP, FKIP, STKIP) melalui berbagai program,
yaitu program D2, D3 dan S1. Pada sekolah dasar masih banyak guru berlatar
belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka akan
mengikuti program penyetaraan D2.[3]
2.
Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan
mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari
masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana
sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat disekitarnya. Masyarakat yang ada
disekitar sekolah mungkin masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat desa
atau kota, petani, pedagang, atau pegawai, dan sebagainya. Sekolah harus melayani
aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Saslah satu kekuatan yang ada di
dalam masyarakat adalah usaha. Pengembangan dunia usaha yang ada di masyarakat
mempengaruhi pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan
anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan
perusahaan yang ada di masyarakat menuntut pada kurikulum yang dikembangkan dan
persiapannya di sekolah.
3.
Sistem nilai.
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik
nilai moral, keagamaan, sosial, budaya, maupun nilai politis. Sekolah sebagai
lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan
nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegerasikan dalan kurikulum. Masalah utama yang dihadapi para pengembang
kurikulum dalam menghadapi nilai ini adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu
tidak hanya satu. Masyarakat heterogen dan multifaset. Masyarakat memiliki
kelompok-kelompok etnis kelompok
vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, spritual dan sebagainya yang
tiap kelompok memiliki nilai yang berbeda. Dalam masyarakat juga terdapat
aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, fisik, estetika, etika, religius, dan
sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang
berbeda.
Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan guru dalam mengakomodasi berbagai nilai yang tumbuh di
masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
a. Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat
b. Guru hendaknya Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
c. Guru hendaknya Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut
ditiru
d. Guru hendaknya Menghargai nilai-nilai kelompok lain
e. Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada.
C. Hambatan-hambatan pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan
kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru
kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya :
1. Kurang waktu
2. Kekurangsesuaian pendapat, baik anatra sesama guru maupun dengan kepala
sekolah dan administrator
3. Kemampuan dan pengetahuan guru.
Hambatan lain datang dari masyarakat. Dukungan masyarakat baik dalam
pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau
kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber imput dari sekolah. Keberhasilan
pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta imput
fakta dan pemikiran dari masyarakat.
Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya.
Untuk pengembangan kurikulum, agar sesuai harapan dibutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
Berdasarkan analisis kami, maka hambatan-hambatan
lain yang timbul
serta dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum, diantaranya :
1.
Estimasi
atau perencanaan yang tidak tepat. Kurang matangnya perkiraan atau
kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul.
2.
Konflik
dan motivasi. Adanya pertentangan , kurang adanya pengertian serta adanya
perasaan iri dari pihak lain.
3.
Inovasi
tidak berkembang. Kurang berkembangannya proses yang di inginkan.
4.
Masalah
finensial. Keberhasilan suatu program sangat ditentukan oleh dana yang
tersedia.
5.
Penolakan
dari kelompok tertentu. Ketidakberhasilan dapat juga ditentukan oleh
kesungguhan dan peran serta seluruh kelompok.
6.
Kurang
adanya hubungan sosial. Hubungan sosial yang baik antara berbagai pihak
khususnya antara anggota team[4].
[1]Pusat bahasa
depertemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta:
PT. Balai Pustaka, cet. 3, 2005), h.312.
[3] Nana syaodih
sukmadinata, Pengembangan kurikulum teori dan praktek,( Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, cet.17, 2014), h.159
[4]
Wina Sanjaya, Kurikulum
dan Pembelajaran,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. 5, 2013), h.
322-327.
Tidak ada komentar:
Write komentar